Angkat Low Vision Desk, Mahasiswi PLB Raih Mapres UNY 2015

Rangkaian proses seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) tingkat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 2015 telah usai. Seleksi yang dilaksanakan mulai tingkat jurusan hingga fakultas berhasil menelurkan sembilan Mapres yang disaring dari seluruh fakultas baik untuk jenjang Strata-1 dan Diploma-3. Para peserta harus melengkapi berkas-berkas yang digunakan sebagai syarat penilaian, antara lain karya tulis ilmiah (KTI) berbahasa Indonesia, abstrak berbahasa Inggris, formulir pendaftaran, portofolio, dan Kartu Rencana Studi (KRS) semester terakhir. Selain itu, tahapan seleksinya meliputi seleksi wawancara berbahasa Inggris, kebugaran jasmani, psikotes, dan presentasi berbahasa Indonesia.

Dari segenap proses seleksi yang sangat ketat, Sayidah Alawiyah, Mapres Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) 2015, berhasil dinobatkan sebagai juara I Mapres UNY 2015 jenjang Strata-1 dan Yuanda Putra Perdana, mahasiswa Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi, berhasil menyabet juara I Mapres UNY 2015 jenjang Diploma-3. Gadis kelahiran Sukabumi tersebut tampil dengan tegas dan percaya diri dalam membawakan gagasan inovatifnya berupa low vision desk untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).  Gagasan cemerlang tersebut berangkat dari permasalahan sarana prasarana dalam sistem pembelajaran yang dirasakan oleh ABK. Kebutuhan akan sarana prasarana yang memadai bagi ABK tak terlepas dari penggunaan teknologi. Salah satu yang dibutuhkan adalah meja. Maka dari itu, Sayidah, sapaan akrabnya, menggabungkan penggunaan meja untuk ABK yang berbasis teknologi.

Gagasan kreatif low vision desk milik Sayidah berhasil memukau juri dalam presentasi yang bertempat di UNY Hotel pada Kamis (16/4/2015) lalu. Isu mengenai ABK sudah begitu akrab di diri mahasiswi jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) tersebut. Tak kurang dari 33 karya tulis yang pernah ia angkat, sebanyak 90% mengangkat isu tentang ABK. Perhatian besarnya terhadap ABK telah mengetuk hati dan membuka daya imajinasinya untuk menggoreskan gagasan yang memiliki nilai kebermanfaatan lebih. 

Sejak kecil, Sayidah selalu berusaha untuk tampil maksimal dalam menjalankan setiap amanah. Tak hanya menjalankan perannya sebagai pelajar, tetapi juga aktivis di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penelitian dan relawan di Sekolah Jingga. Di Sekolah Jingga yang didirikan sejak tahun 2012, para siswa mendapatkan ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah formal. Roda perjuangan sekolah ini terus bergerak melalui kurikulum ASA (Akademik, Seni, dan Akhlak). Dengan pembelajaran yang lebih menekankan pada praktik bukan sekadar teori, para siswa dapat merasakan proses belajar yang lebih hidup dan interaktif.

Meski tak pernah terbersit dalam benaknya, Sayidah bersyukur atas perjuangannya sejak awal proses seleksi. “Di FIP, seleksi Mapres dimulai dari tingkat jurusan. Di sana, tiap kelas wajib mengirimkan delegasi. Setelah itu terpilih 20 besar yang bersaing di tingkat fakultas. Rasa lelah pasti ada namun saya merasa sekarang ada hasilnya,” ungkapnya. Putri pasangan Achmad Royani dan Yuli Sulastry tersebut kini tengah mempersiapkan seleksi untuk penyaringan 15 besar Mapres Nasional yang akan bersaing sengit di Jakarta. Selamat dan semoga sukses! (Zidnie Ilma)